Dalam kuliah umum humanistic kemarin, Ibu Saras Dewi
sebagai guest lecturer memberikan mata kuliah yang sangat menarik
bagi saya. Mata kuliah yang disampaikan adalah tentang Filsafat & Agama.
Dari judulnya saja sudah dapat terbayang apa yang akan dibahas untuk kuliah
hari itu. Sejak awal saya memang sudah sangat tertarik dengan kuliah ini, dan
benar saja, kuliah ini memang sangat menarik. Banyak sekali ilmu baru yang saya
dapatkan dari mata kuliah yang disampaikan oleh Ibu Saras Dewi.
Ada beberapa point yang sangat saya setujui dari mata
kuliah kemarin, yaitu tentang bagaimana beragama dengan menggunakan akal. Di
dalam filsafat, dimana setiap orang dituntut untuk terus bertanya dan bertanya
serta bersikap kritis, sedangkan agama merupakan sebuah doktrin yang memaksa
dengan doktrinnya yang sangat kuat. Dari kedua hal ini, terdapat kontradiksi
yang sangat kuat, namun di dalam Islam, agama yang saya yakini, memang manusia
diperintahkan untuk beribadah dengan ilmu, dan bukan sekedar “ikut-ikutan”.
Memang,
terkadang ada beberapa hal di dalam agama yang tidak dapat terpikirkan dan
terjawab oleh akal pikir manusia, namun bukan berarti bahwa manusia tidak boleh
menggunakan akal dan harus membunuh akalnya dalam beragama. Seperti halnya yang
diyakini oleh Rene Descrates, bahwa Tuhan menciptakan akal untuk manusia, karena
Tuhan ingin hambaNya berpikir dan mengetahui tentang Tuhannya. Saya pernah
membaca sebuah buku, dan saya menemukan hal menarik di buku tersebut.
Diilustrusikan dengan gambar di dalam buku tersebut, terdapat segerombolan
iblis yang mencoba menggoda manusia. Dari segerombolan iblis tersebut, terdapat
seorang raja, yang mengatakan bahwa iblis yang dapat menggoda orang yang
berilmu, berarti dialah yang terhebat. Salah satu iblis pun merasa bingung,
lalu bertanya, mengapa yang terhebat adalah yang bisa menggoda manusia yang
berilmu, bukan menggoda ahli ibadah? Lalu raja iblis pun menjawab, bahwa orang
yang beribadah dengan ilmu lebih sulit digoda karena mereka beribadah dengan
akal dan ilmu, bukan hanya karena sekedar perintah dan “ikut-ikutan”. Kisah ini
sangat menarik menurut saya, karena ibadah dan beragama dengan ilmu memanglah
sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pada abad
pertengahan, Beotiuos dihukum mati oleh kaum agamis karena dianggap sesat
dengan mempertanyakan firman Tuhan. Pada abad tersebut, pengaruh agama sebagai
sebuah doktrin memanglah sangat kental terasa. Bagi siapapun yang
mempertanyakan firman Tuhan akan dianggap sesat dan dihukum mati. Sampai pada
akhirnya Thomas Aquinas melestarikan dan menyesuaikan filsafat dan pemahaman
agama.
Sebagai
seorang muslim, saya sangat meyakini keberadaan Tuhan saya, yaitu Allah SWT.
Jika terdapat pertanyaan “bagaimana dan mengapa kamu percaya kepada Tuhan?”,
maka jawabannya menurut saya sangat simple. Saya meyakini dan percaya dengan
Tuhan karena hati saya mengatakan begitu. Tentu saja mempercayai Tuhan bukan
hanya dengan hati, namun juga dengan akal dan pikiran. Saya mempercayai Tuhan dengan
meyakini bahwa Tuhan selalu hadir dalam kehidupan saya. Cara saya bahwa saya
mempercayai dan mengimani adanya Tuhan yaitu dengan melaksanakan segala
perintahnya dalam beribadah, dan menjauhi segala larangannya. Tidak berhenti
disitu, saya pun sering bertanya mengapa di dalam agama saya, saya harus
melakukan ini dan tidak boleh melakukan itu? Dan secara logikan pun, saya selalu
menemukan jawaban dari setiap pertanyaan saya. Contohnya, selama ini saya
selalu bertanya mengapa seorang muslim harus melakukan ibadah salat? Di dalam
Al-Qur’an (kitab agama islam) dijelaskan bahwa salat dapat menjauhkan manusia
dari perbuatan keji dan munkar. Awalnya saya masih merasa jawaban ini masih
belum menjawab pertanyaan saya. Berpikir dan terus berpikir untuk menemukan
jawaban, sampai akhirnya pun saya memang merasakan apa yang tertulis di dalam
Al-Qur’an. Ketika saya ingin melakukan suatu hal yang melanggar aturan agama,
saya merasa seperti ada suara di dalam kepala saya yang mengatakan bahwa saya
tidak boleh melakukan hal tersebut. Hati saya pun tiba-tiba merasa takut karena
saya tahu Tuhan tidak tidur dan selalu melihat apa yang saya lakukan. Ternyata,
ibadah salat yang selama ini dilakukan pun memang benar-benar menjauhkan dari
perbuatan keji dan munkar, jika dilakukan dengan khusyu, ikhlas dan sepenuh
hati. Selain itu, ternyata menurut ilmu kedokteran, ibadah salat pun sangat
berguna bagi tubuh karena gerakan-gerakan di dalam salat dapat menyehatkan.
Dengan menggunakan ilmu dan akal, ternyata saya dapat menemukan jawaban, bahwa
perintah untuk melakukan ibadah (salat salah satunya) dan menjauhi segala yang
dilarang ternyata dapat diterima secara logika dan memiliki alasan yang logis.
Salah satu lagi bukti bahwa agama selalu memberi ruang bagi umatnya untuk
mengunakan akal.
Saya mempercayai
dan mengimani adanya Tuhan serta beribadah kepada Tuhan karena kebutuhan saya
sebagai seorang manusia yang lemah. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Saras
Dewi dalam kuliahnya, bahwa manusia beragama karena beberapa alasan. Salah satu
alasan adalah karena dengan beragama, manusia dapat menanggung kesengsaraan
dalam menjalani hidup dan dengan ibadah dan beragama manusia dapat mencapai
kebahagiaan abadi di dalam surga. Itu pun alasan saya mengapa saya mengimani
adanya Tuhan dan beribadah kepada Tuhan. Dengan percaya dan beriman kepada Tuhan,
saya memiliki kekuatan untuk menghadapi cobaan dan masalah di dalam hidup.
Kekuatan untuk menghadapi masalah di dalam hidup pun
didapat dari keberadaan Tuhan yang selalu dekat dengan saya. Saya percaya bahwa
Tuhan saya, yaitu Allah selalu dekat dengan saya. Seperti yang terdapat di
dalam kitab suci Al-Qur’an yang saya imani, bahwa Tuhan berada dekat dengan
umatnya, bahkan lebih dekat dari urat leher. Keberadaan Tuhan memang tidak
nampak di depan mata, namun keberadaan Tuhan dapat dirasakan dengan hati bagi
siapapun yang percaya.
Itulah bagaimana cara saya percaya akan keberadaan Tuhan.
Yaitu, merasakan keveradaan Tuhan dengan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar