Sabtu, 21 November 2015

[IDVolunteering] Save Orang Utan = Save the Balance of Ecosystem

Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya untuk bertahan hidup. Ya, itulah salah satu poin penting yang mungkin paling diingat dari mata pelajaran Sosial (IPS) kita sewaktu SD. Sebagai makhluk sosial, hidup manusia memang senantiasa terwarnai dengan berbagai macam interaksi dan transaksi diantara sesama. Namun pada nyatanya, manusia tidak hanya berinteraksi dengan sesama manusia, namun manusia juga berinteraksi dengan makhluk lainnya. Hewan, tanaman, dan makhluk hidup lainnya juga memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia. Walaupun interaksi dan hubungan antar sesama manusia tentu saja berbeda dengan interaksi dan hubungan dengan makhluk hidup lainnya.

Berbagi kepada sesama menjadi salah satu interaksi paling penting dan paling dasar dalam hubungan antar sesama manusia. Dengan berbagi, manusia dapat meringankan beban hidup manusia lainnya dan menciptakan hubungan sesama yang lebih harmonis. Urgensi dari berbagi ternyata tidak hanya ada di dalam hubungan antar sesama manusia, berbagi dengan makhluk lain pun menjadi sebuah agenda penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan alam. Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk berbagi kepada makhluk lain? Saya yakin bahwa hal terkecil namun berdampak sangat besar yang dapat dilakukan manusia untuk makhluk lain adalah dengan tidak merusak dan menjaga lingkungan hidup mereka. Hal ini mungkin terlihat simple dan mudah, namun nyatanya, fakta yang ada berkata lain. Di luar sana, masih begitu banyak saudara kita, sesama manusia, yang tidak dapat menjaga, bahkan merusak lingkungan hidup makluk lainnya.


Begitu banyak kerusakan lingkungan dan alam yang disebabkan oleh manusia, yang akhirnya menggangu makhluk hidup lainnya. Namun dalam tulisan ini, saya hanya akan fokus membahas hidup seekor hewan yang 97 % DNA nya sama dengan DNA manusia. Ya, orang utan saat ini merupakan salah satu dari begitu banyaknya daftar satwa yang masuk ke dalam kategori “hampir punah”. Populasi orang utan saat ini diperkirakan sebanyak 10.000 – 15.000 ekor di Pulau Kalimantan dan sebanyak 5.000 – 9.000 ekor di Pulau Sumatera. Jumlah populasi ini adalah jumlah yang mengkhawatirkan, mengingat angka kematian orang utan yang begitu tinggi, namun angka kelahirannya begitu rendah. Seekor orang utan betina hanya dapat melahirkan maksimal 4 ekor anak semasa hidupnya, hal inilah yang membuat kelahiran dan perkembangbiakan orang utan begitu rendah. Berdasarkan data dari WWF, dalam 20 tahun terakhir, populasi orang utan telah menurun drastis mencapai 55 %. Tingginya angka kematian orang utan disebabkan oleh beberapa sebab, salah satunya adalah karena hilangnya habitat asli mereka, karena aktivitas pembalakan liar yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, orang utan juga dianggap sebagai hama pohon kelapa sawit, sehingga orang utan diburu karena dianggap merusak dan menggangu. Seorang pemburu mendapatkan upah Rp. 1.000.000,- untuk setiap seekor orang utan yang dapat dibunuhnya. Upah yang cukup tinggi inilah yang membuat pembunuhan orang utan semakin marak. Selain itu, orang utan pun seringkali ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan. Padahal, orang utan adalah makhluk liar yang tidak dapat hidup di lingkungan manusia.

Dengan melihat fakta yang ada, maka saya dan beberapa teman volunteer lain menginisiasi sebuah rangkaian kegiatan bernama Save Orang Utan” yang menggandeng WWF Indonesia untuk bekerjasama. Rangkaian kegiatan diawali dengan penggalangan dana dengan cara menjual pin bertuliskan “I ♥ Orang Utan”, yang hasil penjualan seluruhnya akan didonasikan kepada WWF Indonesia. Kegiatan selanjutnya adalah seminar untuk adik-adik sekolah dasar yang dikemas dengan cara menarik, yaitu dalam bentuk story telling, menonton film dan tanya jawab interaktif. Tujuan utama seminar ini adalah untuk berbagi pengetahuan tentang keadaan orang utan saat ini, dan membuat adik-adik lebih sadar akan pentingnya menjaga kelangsungan hidup makhluk hidup lain. Setelah seminar, kegiatan selanjutnya adalah memberikan kesempatan bagi adik-adik yang ingin memberikan donasi untuk konservasi orang utan. Rangkaian kegiatan “Save Orang Utan” ditutup dengan memberikan donasi kepada WWF Indonesia untuk riset, monitoring dan konservasi orang utan di Indonesia. 


Kegiatan yang saya dan teman-teman volunteer lakukan saat ini mungkin hanyalah sebuah hal kecil yang mungkin belum membawa dampak besar. Namun saya yakin, jika setiap orang siap untuk melakukan hal kecil untuk menjaga kelangsungan hidup makhluk lain dan menjaga lingkungan alam, maka dampaknya tentu akan menjadi besar. Karena pada nyatanya, setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki manfaat dan memiliki perannya masing-masing dalam ekosistem. Seperti orang utan yang memiliki peran penting dalam ekosistem hutan. Orang utan menjaga keseimbangan ekosistem alam, salah satu caranya dengan menyebarkan biji pohon-pohonan agar dapat tumbuh kembali. Selain itu, seekor orangutan juga menjaga keberlangsungan hidup 5 ekor burung rangkong, karena mereka memakan biji-bijian sisa makanan orang utan. Jadi, dapat dibayangkan kan, bagaimana dampak dan efek yang dapat kita berikan pada alam dan lingkungan ketika kita berhasil menjaga dan melindungi makhluk hidup lainnya? Karena pada dasarnya, berbagi tidak hanya dan tidak melulu kepada sesama manusia, namun juga kepada sesama makhluk hidup, karena kita semua adalah sesama makhluk Tuhan. Semangat berbagi dan happy volunteering ! J



Data statistik yang dikutip oleh penulis diambil dari:

15 komentar:

  1. keren, lanjutkan mbe (y), habitatnya juga perlu dijaga, ilegal logging di hutan Indonesia juga harus dihentikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul tuh met, kalo semakin marak penebangan hutan, kasian orang utan nya :(
      Makanya yuk berbuat sesuatu dan berbagi untuk sesama makhluk hidup.
      Hidup relawan Indonesia! :D

      Hapus
  2. adakah tolak ukur yang membuat sistim menjadi efektif untuk menindak lanjuti agar ekosistem yang terkait dapat hidup sebagai mestinya ?
    kemudian sebagai kajian isu global terkait lingkungan, siapa yang harus bertanggung jawab ? karna dinegara berkembang khususnya indonesia, mengurusi sandang pangan papan saja sudah sulit, jika ditambah lagi fokus terhadap kerusakan lingkungan apakah tidak tambah repot ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mas/mbak anonimous. Terima kasih sekali sudah mau mampir dan bahkan komen. Hehe

      Waw, pertanyaan yg menarik.
      Kalo dri saya pribadi, utk tolak ukur keberhasilan mngkin bisa dilihat dri semakin tinggi atau rendahnya kerusakan alam dan ekosistem yg terjadi. Seperti data yg saya berikan di tulisan saya. Karena setiap angka pasti bisa jdi indikator berhasil atau gagalnya sebuah usaha pelestarian lingkungan.
      Terkait isu lingkungan, tentu saja tanggung jawab setiap individu, seperti yg saya tulis juga. Kan setiap.org bisa melakukan hal kecil tpi possible utk lingkungan. Memang, Indonesia ini negara berkembang dan besar, tpi bukan tidak mngkin kan, ikut juga memperhatikan lingkungan walau banyak masalah lain. Dalam hal ini pemerintah bisa menggandeng NGO dan lembaga lainnya. Seperti komunitas2 volunteer, sebut saja ID Volunteering Hub dan WWF misalnya. Hehe

      Hapus
  3. makasih untuk informasinya yg sangat bermanfaat itu
    Mau pin nya dong i love orang utan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 Hera. Terima kasih juga sudah komen. :)
      Hahaha, boleh. Nanti ya di rumah, kayanya masih ada :p

      Hapus
    2. Alhamdulillah, makasih Ms Geby

      Hapus
  4. Alhamdulillah dapet banyak informasi dari ms. Geby
    Di tunggu yah tulisan2 bermanfaat selanjutnya

    BalasHapus
  5. Menulis adalah salah satu cara berbagi yang cukup efektif. Semoga kesadaran akan melindungi hak-hak (ciyeee hak ... hihihi) para Orang Utan semakin meningkat seiring tersebarnya tulisan ini. Jadinya dapat dua manfaat deh, berbagi tulisan, dan menyelamatkan Orang Utan. Keren!! Keep writing, Geby!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, amin, betul bang. Soalnya yg punya hak bukan kita aja ya, tapi makhluk lain, termasuk orang utan. :D
      Sip bang, insya Allah. Bang Doki juga, semangat menulis juga :D

      Hapus
  6. Thank you Geby for sharing our experiences. Ingin berbagi sedikit boleh ya, jadi ide untuk menjaga orang utan ini muncul ketika saya, Geby, dan Uwi mendapatkan ide buntu untuk melakukan project lingkungan. Secara tidak sengaja, kami memikirkan tentang hewan-hewan yang hampir punah dan harus dilindungi. Melihat keberadaan orang utang yang semakin menurun jumlah populasinya dan terancam keberadaanya akhirnya kami memutuskan untuk megusung projek Save Orang Utan. Jika ada pihak yang dapat membantu sebenarnya kami ingin terjun langsung ke kalimantan dan sumatera untuk dapat melihat langsung keberadaan mereka disana. jadi, buat Geby terimakasih sekali telah membuat tulisan indah ini dan semoga tulisan ini dapat menjadi ide baik bagi pihak-pihak terkait. I love Orangutan:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih buat sharingnya Yuti. Ide kita muncul ketika kita sadar bahwa ada makhluk lain selain kita yang hak hidupnya terusakkan.
      Amin, semoga dengan tulisan ini bisa menginspirasi yang lain untuk terus berbagi :D

      Hapus
  7. Thanks Geby for sharing our experiences.
    Sebenarnya ide untuk melindungi orang utan adalah ide yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Disaat kelompok lain memikirkan tentang daur ulang, reboisasi dan sebagainya disaat itulah kami memikirkan tentang bagaimana kami dapat menyumbangkan pikiran kami untuk keberlangsungan kehidupan orang utan. sebenarnya kami bertiga ( saya, geby, dan uwi) ingin sekali terjun langusung ke kalimantan dan sumatera untuk melihat keadaan riil orangutan, akan tetapi apa daya karena masih sedikitnya organisasi yang dapat kita rangkul untuk mengelola kasus ini. Semoga dengan tulisan ini, ada pihak yang dapat melanjutkan kerja kita ya Geb! your writing is beneficial, you are not only writing for yourself but also for other creatures. I love Orangutan

    BalasHapus
  8. Hello Geby,

    Good writing, as I have been Kalimantan once (hhe) I saw that their home(s) are getting destroyed. When I came there I was hoping to see lots of them in the forest, however as I arrived it was very difficult to find even one then we search for hours and finally found a family of orang utans. Hopefully through this 'small' program of yours at least the children will have an awareness to not harm their habitat. Looking forward to see the follow-up programs.

    BalasHapus
  9. Hello Derry,

    Wow you're so lucky to have a chance there. Wish someday I can also see them in their habitat, not inside the cage :(
    Amin. I also hoe what you did in Kalimantan will bring a betterment there :)

    BalasHapus