Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat hidup sendiri dan
senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya untuk bertahan hidup. Ya, itulah
salah satu poin penting yang mungkin paling diingat dari mata pelajaran Sosial
(IPS) kita sewaktu SD. Sebagai makhluk sosial, hidup manusia memang senantiasa
terwarnai dengan berbagai macam interaksi dan transaksi diantara sesama. Namun pada
nyatanya, manusia tidak hanya berinteraksi dengan sesama manusia, namun manusia
juga berinteraksi dengan makhluk lainnya. Hewan, tanaman, dan makhluk hidup lainnya juga
memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia. Walaupun interaksi dan
hubungan antar sesama manusia tentu saja berbeda dengan interaksi dan hubungan
dengan makhluk hidup lainnya.
Berbagi kepada sesama menjadi salah satu interaksi paling penting dan paling
dasar dalam hubungan antar sesama manusia. Dengan berbagi, manusia dapat meringankan beban hidup
manusia lainnya dan menciptakan hubungan sesama yang lebih harmonis. Urgensi
dari berbagi ternyata tidak hanya ada di dalam hubungan antar sesama manusia, berbagi
dengan makhluk lain pun menjadi sebuah agenda penting untuk menjaga
keseimbangan ekosistem dan alam. Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh manusia
untuk berbagi kepada makhluk lain? Saya yakin bahwa hal terkecil namun
berdampak sangat besar yang dapat dilakukan manusia untuk makhluk lain adalah
dengan tidak merusak dan menjaga lingkungan hidup mereka. Hal ini mungkin
terlihat simple dan mudah, namun nyatanya, fakta yang ada berkata lain. Di
luar sana, masih begitu banyak saudara kita, sesama manusia, yang tidak dapat
menjaga, bahkan merusak lingkungan hidup makluk lainnya.
Begitu banyak kerusakan lingkungan dan alam yang disebabkan oleh manusia, yang
akhirnya menggangu makhluk hidup lainnya. Namun dalam tulisan ini, saya hanya
akan fokus membahas hidup seekor hewan yang 97 % DNA nya sama dengan DNA
manusia. Ya, orang utan saat ini merupakan salah satu dari begitu banyaknya
daftar satwa yang masuk ke dalam kategori “hampir punah”. Populasi orang utan
saat ini diperkirakan sebanyak 10.000 – 15.000 ekor di Pulau Kalimantan dan sebanyak
5.000 – 9.000 ekor di Pulau Sumatera. Jumlah populasi ini adalah jumlah yang
mengkhawatirkan, mengingat angka kematian orang utan yang begitu tinggi, namun
angka kelahirannya begitu rendah. Seekor orang utan betina hanya dapat
melahirkan maksimal 4 ekor anak semasa hidupnya, hal inilah yang membuat
kelahiran dan perkembangbiakan orang utan begitu rendah. Berdasarkan data dari
WWF, dalam 20 tahun terakhir, populasi orang utan telah menurun drastis mencapai
55 %. Tingginya angka kematian orang utan disebabkan oleh beberapa sebab, salah
satunya adalah karena hilangnya habitat asli mereka, karena aktivitas
pembalakan liar yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, orang utan juga
dianggap sebagai hama pohon kelapa sawit, sehingga orang utan diburu karena
dianggap merusak dan menggangu. Seorang
pemburu mendapatkan upah Rp. 1.000.000,- untuk setiap seekor
orang utan yang dapat dibunuhnya. Upah yang cukup tinggi inilah yang membuat pembunuhan
orang utan semakin marak. Selain itu, orang utan pun seringkali ditangkap untuk
dijadikan hewan peliharaan. Padahal, orang utan adalah makhluk liar yang tidak
dapat hidup di lingkungan manusia.
Dengan melihat fakta yang ada,
maka saya dan beberapa teman volunteer lain menginisiasi sebuah rangkaian kegiatan bernama “Save Orang Utan” yang menggandeng WWF Indonesia untuk bekerjasama. Rangkaian
kegiatan diawali dengan penggalangan dana dengan cara menjual pin bertuliskan “I
♥ Orang Utan”, yang hasil penjualan seluruhnya akan didonasikan kepada WWF
Indonesia. Kegiatan selanjutnya adalah seminar untuk adik-adik sekolah dasar yang
dikemas dengan cara menarik, yaitu dalam bentuk story telling, menonton
film dan tanya jawab interaktif. Tujuan utama seminar ini adalah untuk berbagi
pengetahuan tentang keadaan orang utan saat ini, dan membuat adik-adik lebih
sadar akan pentingnya menjaga kelangsungan hidup makhluk hidup lain. Setelah seminar,
kegiatan selanjutnya adalah memberikan kesempatan bagi adik-adik yang ingin
memberikan donasi untuk konservasi orang utan. Rangkaian kegiatan “Save Orang Utan” ditutup dengan memberikan donasi kepada WWF Indonesia untuk
riset, monitoring dan konservasi orang utan di Indonesia.
Kegiatan yang saya dan teman-teman volunteer lakukan saat ini mungkin hanyalah sebuah
hal kecil yang mungkin belum membawa dampak besar. Namun saya yakin, jika setiap orang siap
untuk melakukan hal kecil untuk menjaga kelangsungan hidup makhluk lain dan
menjaga lingkungan alam, maka dampaknya tentu akan menjadi besar. Karena pada
nyatanya, setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki manfaat dan memiliki
perannya masing-masing dalam ekosistem. Seperti orang utan yang memiliki peran
penting dalam ekosistem hutan. Orang utan menjaga keseimbangan ekosistem alam,
salah satu caranya dengan menyebarkan biji pohon-pohonan agar dapat tumbuh
kembali. Selain itu, seekor orangutan juga menjaga
keberlangsungan hidup 5 ekor burung rangkong, karena mereka memakan biji-bijian sisa makanan
orang utan. Jadi, dapat dibayangkan kan, bagaimana dampak dan efek yang dapat kita
berikan pada alam dan lingkungan ketika kita berhasil menjaga dan melindungi makhluk
hidup lainnya? Karena pada dasarnya, berbagi tidak hanya dan tidak melulu
kepada sesama manusia, namun juga kepada sesama makhluk hidup, karena kita
semua adalah sesama makhluk Tuhan. Semangat berbagi dan happy volunteering ! J
Data statistik yang dikutip oleh
penulis diambil dari:
keren, lanjutkan mbe (y), habitatnya juga perlu dijaga, ilegal logging di hutan Indonesia juga harus dihentikan.
BalasHapusBetul tuh met, kalo semakin marak penebangan hutan, kasian orang utan nya :(
HapusMakanya yuk berbuat sesuatu dan berbagi untuk sesama makhluk hidup.
Hidup relawan Indonesia! :D
adakah tolak ukur yang membuat sistim menjadi efektif untuk menindak lanjuti agar ekosistem yang terkait dapat hidup sebagai mestinya ?
BalasHapuskemudian sebagai kajian isu global terkait lingkungan, siapa yang harus bertanggung jawab ? karna dinegara berkembang khususnya indonesia, mengurusi sandang pangan papan saja sudah sulit, jika ditambah lagi fokus terhadap kerusakan lingkungan apakah tidak tambah repot ?
Halo mas/mbak anonimous. Terima kasih sekali sudah mau mampir dan bahkan komen. Hehe
HapusWaw, pertanyaan yg menarik.
Kalo dri saya pribadi, utk tolak ukur keberhasilan mngkin bisa dilihat dri semakin tinggi atau rendahnya kerusakan alam dan ekosistem yg terjadi. Seperti data yg saya berikan di tulisan saya. Karena setiap angka pasti bisa jdi indikator berhasil atau gagalnya sebuah usaha pelestarian lingkungan.
Terkait isu lingkungan, tentu saja tanggung jawab setiap individu, seperti yg saya tulis juga. Kan setiap.org bisa melakukan hal kecil tpi possible utk lingkungan. Memang, Indonesia ini negara berkembang dan besar, tpi bukan tidak mngkin kan, ikut juga memperhatikan lingkungan walau banyak masalah lain. Dalam hal ini pemerintah bisa menggandeng NGO dan lembaga lainnya. Seperti komunitas2 volunteer, sebut saja ID Volunteering Hub dan WWF misalnya. Hehe
makasih untuk informasinya yg sangat bermanfaat itu
BalasHapusMau pin nya dong i love orang utan
Sama2 Hera. Terima kasih juga sudah komen. :)
HapusHahaha, boleh. Nanti ya di rumah, kayanya masih ada :p
Alhamdulillah, makasih Ms Geby
HapusAlhamdulillah dapet banyak informasi dari ms. Geby
BalasHapusDi tunggu yah tulisan2 bermanfaat selanjutnya
Menulis adalah salah satu cara berbagi yang cukup efektif. Semoga kesadaran akan melindungi hak-hak (ciyeee hak ... hihihi) para Orang Utan semakin meningkat seiring tersebarnya tulisan ini. Jadinya dapat dua manfaat deh, berbagi tulisan, dan menyelamatkan Orang Utan. Keren!! Keep writing, Geby!!!!
BalasHapusHahaha, amin, betul bang. Soalnya yg punya hak bukan kita aja ya, tapi makhluk lain, termasuk orang utan. :D
HapusSip bang, insya Allah. Bang Doki juga, semangat menulis juga :D
Thank you Geby for sharing our experiences. Ingin berbagi sedikit boleh ya, jadi ide untuk menjaga orang utan ini muncul ketika saya, Geby, dan Uwi mendapatkan ide buntu untuk melakukan project lingkungan. Secara tidak sengaja, kami memikirkan tentang hewan-hewan yang hampir punah dan harus dilindungi. Melihat keberadaan orang utang yang semakin menurun jumlah populasinya dan terancam keberadaanya akhirnya kami memutuskan untuk megusung projek Save Orang Utan. Jika ada pihak yang dapat membantu sebenarnya kami ingin terjun langsung ke kalimantan dan sumatera untuk dapat melihat langsung keberadaan mereka disana. jadi, buat Geby terimakasih sekali telah membuat tulisan indah ini dan semoga tulisan ini dapat menjadi ide baik bagi pihak-pihak terkait. I love Orangutan:)
BalasHapusTerima kasih buat sharingnya Yuti. Ide kita muncul ketika kita sadar bahwa ada makhluk lain selain kita yang hak hidupnya terusakkan.
HapusAmin, semoga dengan tulisan ini bisa menginspirasi yang lain untuk terus berbagi :D
Thanks Geby for sharing our experiences.
BalasHapusSebenarnya ide untuk melindungi orang utan adalah ide yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Disaat kelompok lain memikirkan tentang daur ulang, reboisasi dan sebagainya disaat itulah kami memikirkan tentang bagaimana kami dapat menyumbangkan pikiran kami untuk keberlangsungan kehidupan orang utan. sebenarnya kami bertiga ( saya, geby, dan uwi) ingin sekali terjun langusung ke kalimantan dan sumatera untuk melihat keadaan riil orangutan, akan tetapi apa daya karena masih sedikitnya organisasi yang dapat kita rangkul untuk mengelola kasus ini. Semoga dengan tulisan ini, ada pihak yang dapat melanjutkan kerja kita ya Geb! your writing is beneficial, you are not only writing for yourself but also for other creatures. I love Orangutan
Hello Geby,
BalasHapusGood writing, as I have been Kalimantan once (hhe) I saw that their home(s) are getting destroyed. When I came there I was hoping to see lots of them in the forest, however as I arrived it was very difficult to find even one then we search for hours and finally found a family of orang utans. Hopefully through this 'small' program of yours at least the children will have an awareness to not harm their habitat. Looking forward to see the follow-up programs.
Hello Derry,
BalasHapusWow you're so lucky to have a chance there. Wish someday I can also see them in their habitat, not inside the cage :(
Amin. I also hoe what you did in Kalimantan will bring a betterment there :)